Senin, 31 Desember 2018

Prediksi Mobil Baru 2019

1. Suzuki Jimny


Suzuki Jimny masih mempunyai nama yang harum dikalangan penggemar Mini SUV di Indonesia. Untuk pasar Jepang, jimny baru sudah mulai dipasarkan sejak beberapa tahun terakhir, namun belum masuk Indonesia. Terdengar kabar Jimny model terbaru ini akan masuk pasar Indonesia pada tahun depan (2019). Disain Jimny terbaru masih mempertahankan kesan serba kotak seperti generasi Jimny trepes tahun 1982, membuatnya semakin menggoda bagi pengemarnya yang ingin bernostalgia merasakan sensasi mobil ini dalam kondisi baru seperti 37 tahun silam.

2. Suzuki Grand Vitara


Sudah saatnya Suzuki kembali memasarkan City SUV untuk mengulang kejayaan Escudo dan Vitara Series di masa lalu. Saat ini sepertinya, Suzuki hanya fokus pada jualan mobil murah skelas LCGD, Low MPV, dan mobil niaga. Para pengemar Vitara sudah lama menanti adanya launching produk baru terutama di segmen mobil menengah untuk kembali membangkitkan brand Suzuki di Indonesia.
Seperti mempertahankan ciri khas escudo tahun 90an dan Grand Vitara pada era tahun 2005 sampai dengan 2017, Vitara baru atau mungkin akan kembali menggunakan nama Escudo tetap mempertahankan ciri air scope di atas fender depan.

3. Nissan X-Trail


Sudah waktunya Nissan meluncurkan X-Trail terbaru untuk kebali meramaikan segmen City SUV tanah air. Disain X-Trail baru ini bagian belakang menyerupai lekukan CRV namun bagian depanya terutama sektor gril tetap mempertahankan ciri khas Nissan seperti diaplikasikan pada Nissan Terra terbaru dan Grand Livina 2019 yang akan mengadopsi body Xpander. Tidak ada yang luar biasa dari X-Trail baru ini, karena segmenya hanya untuk mengisi kekosongan City SUV untuk bersaing dengan CRV dan Grand Vitara yang sudah vacum dalam beberapa tahun terakhir.

4. Nissan Terra (Nissan Terrano Reborn)


Inilah tampilan dari Nissan Terra yang akan dipasarkan pada Januari 2019. Berbeda dengan Jimny yan gdengan bangga mempertahankan body kotak masa lalu untuk desain body terbarunya, Nissan Terra terkesan terlalu memaksakan mengikuti perkembangan jaman. Sehingga karakter dari Nissan Terrano kotak yang sempat populer pada tahun 1995 sampai dengan tahun 2006 sudah lenyap. Jika Nissan mau mendesian Terra baru berbasis body kotak Terrano lama dia akan bermain di segmen khusus seperti halnya Defender dan G Class, namun kali ini Nissan mencoba mendesak dan bersaing di segmen Pajero dan Fortuner yang sudah dapat diprediksi si Terra akan kalah akan kalah sebelum bertanding. Saat ini image yang tercipta di masyarakat sudah terlalu kuat untuk melambangkan prestise di segmen Medium SUV hanya pada Pajero dan Fortuner.

5. Nissan Grand Livina

Saya belum mendapatkan foto resmi bentuk Grand Livina 2019, namun gambar sketsa di atas mungkin dapat mewakili prediksi bentuk Grand Livina yang akan meramaikan pasar Low MPV tahun depan. Hal ini perlu karena Grand Livina lama sudah berumur dan masyarakat sudah mulai jenuh dengan bentuk body yang sudah mulai usang itu. Jika tidak segera melaunching model baru saya kuatir nasib Grand Livina akan seperti Low MPV dari dua Astro yang dari dulu desain body dan fiturnya ya itu itu saja sampai kami bosan melihatnya dijalan dengan body yang sudah tidak update dan terkesan dipaksakan untuk bersaing dengan Ertiga, Xpander, dan Mobilio.


Tampilan belakang kira kira seperti ini. Tampang depanya bayangin aja wajah Xpander tapi pake emblem NISSAN. Mungkin akan ada perubahan bentuk grill, dan bumper, dan semoga tidak sampai merubah bentuk head lamp. Tapi bentuk nyatanya seperti apa silahkan lihan pada Q1 tahun depan. Semoga All New Grand Livina dapat memberikan alternatif body modern selain Xpander, dan Ertiga.

6. Avanza dan Xenia

Tahun depan diprediksi juga akan launching Avanza dan Xenia baru, namun saya udah tidak tertarik lagi menulisnya karena memang sudah tidak menarik lagi bagi saya. Body yang digunakan masih tetap menggunakan basic body 2012 yang dilakukan face lift dan minor change pada bagian belakang serta interiornya.




New Avanza dan New Veloz 2019, saya terpaksa menulis "New" mengikuti publikasi dibeberapa media yang sempat jadi perbincangan di sudut dunia maya. Saya bilang di sudut karena fokus netizen saat ini adalah pada mobil dengan body modern dan futuristik seperti Xpander, Ertiga, dan Mobilio. Mobil body lama (2012) yang di bungkus dengan "citra baru" sudah tidak mungkin mengisi halaman utama media sosial dunia maya. Minimal inilah pendapat saya, orang lain boleh saja memiliki pendapat berbeda.

Sabtu, 29 Desember 2018

Bimbang untuk Memilih

Saya pengemar mobil bermesin Diesel dari sejak belajar nyetir pertama kali pada tahun 1998. Waktu itu yang ada hanya Colt Diesel tua, tetapi melihat karakter mesih diesel itu saya langsung tertarik.


Interior Innova Facelift Type V/AT - D4D

Saat ini saya sedang berada di level psikologis, spesifik tentang pemilihan mobil untuk operasional harian dan penunjang aktifitas keluarga. Mobil kami saat ini meski usianya sudah tua tapi cukup untuk memenuhi ekspektasi dalam beberapa hal:
  1. Mobil nyaman dipakai keluar kota, suspensinya cukup mature (Tiadak lompat lompatan seperti Low MPV dari duo astro).
  2. Tidak capek ketika dipakai macet"an dalam kota, karena bertransmisi AT
  3. Bukan Low MPV, jadi lebih berat dan stabil di jalan tol.
  4. Mesin cukup besar (2.500cc) dengan power melimpah.
  5. Tapi konsumsi bahan bakarnya tetap irit sesuai budget kami yang masih pas pasan, bahkan seirit LCGC.
  6. Interior lapang muat 8 orang meski pun keluarga kami hanya 3 orang.
  7. Fiturnya cukup untuk kelas mobil dimasanya, sudah mengunakan fitur climate control pada AC (Tidak ada lagi puter"an seperti knop kompor gas).
  8. Jok terbuat dari material suede yang lembut dan berwarna biege
  9. Biaya perawatan memang agak mahal tapi masih terjangkau, yang jelas worth it lah untuk kenyamanan yang didapat.
Mobil ini sudah kami pakai 2 tahun dan kami beli dalam kondisi 2nd, tapi kami rasakan masih jauh lebih nyaman dari mobil" kami sebelumnya yang kami beli baru. Mobil baru yang pernah kami gunakan sebelumnya adalah:
  1. APV Arena GX pada 2009
  2. All New Avanza pada 2012
  3. All New Xenia pada 2013
  4. Datsun GO plus pada 2014
Serius, diantara mobil mobil di atas tidak satupun lebih nyaman dari mobil bekas kami yang sekarang. Itu wajar, karena 3 mobil di atas masuk dalam kelas Low MPV, dan satu lagi LCGC. Mobil mobil tersebut memang dibuat bukan untuk kenaymanan, tapi kepraktisan bermobilitas dan efisiensi pada harga dan biaya operasional.

Sejak masih single saya udah suka dengan mesin diesel. Buat saya diesel engine mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan petrol engine (Di Amerika dikenal dengan sebutan gasoline engine):
  1. Sistem self ignition yang bisa terjadi pembakaran tanpa ada pengapian
  2. Harga bahan bakar relatif lebih murah, untuk diesel engine type basic. namun tidak untuk diesel engine modern yang harus menggunakan PertaDEX.
  3. Konsumsi bahan bakar lebih irit karena perbandingan molekul 22:1, 22 molekul udara, dan 1 molekul bahan solar. Sedangkan petrol engine memiliki perbandingan molekul 14:1.
  4. Mempunyai power yang lebih besar meskipun di RPM rendah sekalipun.
Impresi Mengemudi
Impresi mengemudinya terasa lebih membanggakan dari mobil mobil kami sebelumnya. Traksi di jalan terasa mantap, handling memang tidak terlalu lincah tapi cukup baik untuk ukuran ukuran MPV berbobot 1,6ton. Posisi duduknya cukup nyaman, karena dimensi dari jok depan menopang sempurna bagian punggung sampai kepala. Kekedapan kabinnya cukup baik meski pun bermesin diesel. Akselerasi di putaran bawah dan menengah cukup oke meski pun bertransaksi automatic. Terbukti mobil ini cukup lincah saat harus dipaksa mendahului kendaraan lain di rute malang - bali beberapa bulan lalu, silahkan klik untuk melihat videonya.

Biaya perwatanya bikin bangga.
Biaya ganti oli setara Fortuner dan Pajero, itulah yang menurut saya membanggakan. Sejauh ini tidak ada masalah berarti pada mobil kami ini, satu satunya yang masih terasa janggal di benak saya hanya biaya perawatan saat ganti oli dan filter" yang terasa mahal. Mahal tidaknya mungkin relatif, tergantung kemampuan finansial seseorang. Saya katakan mahal kerena saat ganti oli lengkap dan filter"nya biaya yang kami keluarkan setara dengan biaya ganti oli Fortuner dan Pajero. Saya mulai berfikir, untuk apa menggunakan mobil di kelas Medium MPV tapi harus mengeluarkan biaya perawatan setara mobil di kelas yang lebih tinggi. Biaya pajak tahunan juga selisih sedikit dibanding Pajero tahun yang sama.

Ini bagus, tapi kami belum tertarik. Maaf salah, duitnya yang belum tertarik.

Saya lebih suka yang ini, harganya hanya selisih sedikit dari Innova GNKI Diesel Type V.

Fortuner tampangnya mature dan sangat kebapakan, tapi masih ke innova innovaan. Macam Innova diesel yang ganti baju sama ban dan velg lebih besar. Jika kita lihat interiornya, fiturnya beda beda tipis dengan Innova Type V. Sementara Pajero tampangnya macho, maskulin meskipun dua duanya sama sama memiliki garis body yang sederhana, saya suka kesederhanaan.


Si adik garis bodynya lebih berkarakter. Bentuk secara umum sangat futuristik tetapi masih menyisakan garis garis tajam khas SUV yang berusaha tampil tegas dan berkarakter. Disain tail lamp yang kontroversial dan banyak orang menyebutnya aneh. Namun dibalik disainya yang tidak biasa, bentuk lampu ini ternyata didisain selain harus memenuhi unsur futuristik tetapi juga fungsional. Berikut tiga fungsi lampu belakang Pajero Sport yang masih belum banyak yang tahu:
  1. Dapat dengan mudah didetiksi dari kejauhan, seperti kebanyakan SUV di Eropa yang menerapkan bentuk lampu belakang vertikal.
  2. Dengan lampu vertikal, pengemudi di belakang dapat mendefinisikan sebuah ukuran mobil yang tinggi.
  3. Menjadi trade mark SUV Mutsubishi yang menbedakanya dengan SUV dari brand lainnya.
Bukan sekedar aneh, tapi juga fungsional.

Beda dengan si Adik, Sang kakak didominasi dengan desain body yang serba lengkung. Biasanya saya paling tidak suka dengan mobil (apalagi SUV) dengan desain serba lengkung, tapi berbeda cara pandang saya terhadap Pajero. Meskipun banyak garis lengkung yang manja, namun desainer Mitsubishi berhasil membuat komposisi bentuk body secara keseluruhan terlihat macho. Mungkin selain dari disain body tampilan macho Pajero juga dipengaruhi dari dimensi dan ground clearance yang tinggi.

Semakin Bimbang.
Bimbang untuk bertahan di kelas Medium MPV atau naik kelas. Pikiran saya mulai terpengaruh untuk ganti mobil 3 tahunan berikutnya naik kelas ke Medium SUV. Tapi belum apa apa sayapun dibuat resah, antara pilih Fortuner yang jika diambil dari tinjauan etimologi berarti Keberuntungan atau Pajero berasal dari nama seekor Kucing Gunung di daerah Amerika Latin. Dari beberapa pengalaman menggunakan Pajero milik perusahaan tempat saya bekerja, kelebihannya dibanding Innova Diesel kami adalah:
  1. Naik kelas dari Medium MPV ke Medium SUV.
  2. Ground clearance Lebih tinggi, sehingga lebih pede menerjang banjir
  3. Dapat jok kulit (synthetic leather) untuk type exceed dan dakar
  4. Jok belakang bisa dilipat rata lantai.
  5. Dapat sun roof untuk type Dakar.
Kekurangan dibanding Innova Diesel:
  1. Disain dashboard terlalu kaku dan konvensional
  2. Headroom lebih sempit
  3. Suspensi lebih keras
  4. Biaya penggantian ban lebih mahal
  5. Disain body sangat sederhana
Sementara jika dibandingkan dengan Fortuner, Innova V kami juga tidak jauh beda. Bahkan sebagian besar fitur Fortuner sudah dimiliki oleh Innova Type V.

Kelebihannya
  1. Naik kelas dari Medium MPV ke Medium SUV.
  2. Ground clearance lebih tinggi, sehingga lebih pede menerjang banjir
Kekurangannya
  1. Suspensi lebih keras
  2. Biaya penggantian ban lebih mahal
  3. Disain body sangat sederhana
Dari uraian di atas, Innova V Diesel memang tidak kalah jauh dibanding dengan Fortuner dan Pajero di tahun yang sama. Sebagai kepala keluarga yang demokratis dan sayang kekuarga, saya harus minta pendapat Istri dan anak kami Keynara. Berikut ini pendapat mereka tentang ganti mobil 3 tahunan berikutnya:

Istri : "Lebih nyaman Innova, nanti ganti mobil berikutnya tetep Innova Diesel Type V aja, tahun yang lebih muda warna putih"

Keynara : "Aku suka iyovaaa papap, mobil besal wana abu abu aja"

Itulah pendapat mereka, kami bertiga memang pengemar berat Innova, terutama yang diesel type tertinggi. Kenyamanannya sudah teruji, bahkan lebih nyaman dari mobil yang kelasnya lebih tinggi. Istri sudah sejak 7 tahun lalu (sejak kami masih pacaran) mendambakan Innova Diesel, waktu itu saya masih menggunakan APV Arena. Jadi wajar jika sampai dengan saat ini kepercayaan terhadap sebuah Innova masih belum tergantikan dengan mobil lain, meskipun di kelas yang lebih tinggi. Ketertarikan saya terhadap Innova dimulai sejak tahun 2007, saat itu kantor tempat saya bekerja membeli beberapa Innova baru yang digunakan untuk operasional Junior Manager. Saya sering menggunakan mobil itu dan mulai jatuh cinta. Namun waktu itu harganya masih terlalu mahal buat saya, karena mobil harian saya waktu itu hanya Taft GT 4x4 yang menurut saya sudah cukup gagah untuk dipakai seoang bujang. Saya memang pengemar sejati mobil bermesin diesel. Baru mendengar suara mesin saat dpertama kali dihidupkan saja rasanya sudah bangga. Suara mesinya memang berisik, tapi buat saya itu bukan suaar berisik. Menurut saya itu adalah suara mesin yang berwibawa dan membanggakan.

Ini adalah mobil saya saat usia 26 tahun. Menurut saya waktu itu kenyamanan nomor sekian, yang penting terlihat macho.

Bersama mobil hitam bersuspensi keras ini dulu pernah saya jalani hari hari indah. Tidak peduli teriknya matahari saat menerjang banjir lumpur di kawasan Porong Sidoarjo, dan derasnya hujan saat perjalanan luar kota di malam hari. Semua suka duka kehidupan pernah kami jalani, bahkan pernah merasakan pahitnya hidup karena terpaksa menabung demi beli velg Cobra dan ban MT ukuran 10.5x15x31 dari gaji karyawan yang masih pas pasan. Belum puas rasanya menikmai kegagahan mobil hitam ini di masa muda dulu, pada waktu ban masih baru barunya saya malah memutuskan untuk menjual mobil macho ini karena suatu kebutuhan mendesak. Seteah mobil ini terjual dengan damai, saya waktu itu masih tetap tida k bis lepas dari mobil diesel. Mobil saya berikutnya adalah Kijang Diesel produksi tahun 2000. Berusaha tampil lebih dewasa dan meninggalkan aura garang SUV macho pada jamanya beralih ke mobil keluarga yang lebih sopan dan bersuspensi lembut.


Pada generasi Kijang mesin dieselnya masih konvensional, suaranya keras mirip Truck Toyota Dyna.


Sejatinya mobil ini bersuspensi lembut, namun karena jiwa muda yang masih belum luntur mobil ini menjadi mobil yang kenyal kenyal sedap gara gara per pegas belakang yang dipress ulang. Menggunakan velg replica R18 dan ban Champiro profil tinggi 40 masih cukup nyaman dipakai harian. Tetapi harus ekstra hati hati saat menempuh perjalanan luar kota, karena jika mata kurang waspada dan terpaksa masuk lubang jalan yang mulai banyak bertebaran di rute Malang - Surabaya resikonya bisa mengancam keselamatan velg yang masih baru ini.

Velg Carlsson 16 dengan ban profil 60 sangat aman untuk harian dan jalan luar kota

Sebelum menggunakan Kijang Diesel, saya juga pernah beberapa tahun mencicipi dieselnya Panther Direct Injection 2.5. Suara mesinnya yang renyah sangat akrab dengan keseharian saya kala itu. Panther memang handling dan suspensinya tidak sebaik Kijang, tetapi mobil tosca ini sudah menempuh jarak ribuan kilometer dan mesinnya terbukti tangguh pada jamannya. Image mesin Panther yang tangguh dan hemat sangat melekat pada benak Om om pada jaman itu. Tapi hanya sedikit sekali anak muda yang menyukai mobil ini, saya adalah sebagian dari yang sedikit itu. Menurut saya mesin diesel yang katan orang "Rajanya Diesel" cukup ideal digunakan pada jamannya. Namun sekarang jaman berganti, "Rajanya Diesel" tetap dengan tahtanya, namun penguasa mesih diesel sekarang adalah Pajero dengan sebutan "Dewanya Diesel".


Mobil mobil itu sekarang sudah berpindah ke pemilik barunya. Semoga kalian dirawat dengan baik sama pemilik baru kalian, sebaik saya memperlakukan kalian saat kita masih bersama dulu. Tahun berlalu, jaman berganti, sebuah kebersamaan memang tidak ada yang kekal tetapi saya berharap kalian baik baik saja. Terima kasih sudah menemani hari hariku di masa lalu, susah senang telah kita lalui bersama sampai akhirnya masing masing dari kita menuju kedewasaan.

Senin, 17 Desember 2018

Grand Vitara dan Escudo yang membawa ingatan masa lalu.

Beberapa hari yang lalu saya beca artikel di situs online tentang rencana PT.Suzuki Indomobil Motor melaunching Escudo generasi ke 4 pada 2019 mendatang. Seketika itu pemikiran saya sebagai pengamat dunia otomotif langsung flash back jauh ke tahun 90an. Ketika itu saya masih SMA, da ngenerasi pertama pertama dari Escuco series ini sempat menjadi idola saya sebagai anak muda pada masa itu.

GENERASI 1
Jika kita telususi dari sejarah Escudo global, Escuso generasi pertama diproduksi pada rentang waktu 1988 - 2000. Namun mulai populer di Indonesia mulai generasi escudo 1995 sampai dengan escudo No-made tahun 2000. Escudo series adalah brand global dengan sebutun Suzuki Sidekick Amerika Serikat, Vitara di Amerika dan Eropa Barat, Grand Vitara di Inggris dan Eropa Timur. Juga tersedia type yang bermesin lebih besar dengan body panjang mirip Pajero Sport pada jamanya yaitu Grand Escudo XL-7. Nama Escudo diambil dari mata uang Portugal sebelum digunakan mata uang Euro.

Sidekick/Escudo/Vitara generasi pertama, populer pada tahun 1997.

Body mobil ini terlihat lebih futuristik dibanding mobil lain pada jamannya. Saya waktu masih SMA sampai awal masuk kuliah sangat suka dengan mobil ini. Karena waktu itu keluarga kami baru mampu beli Suzuki Katana, jadi Escudo series masih merupakan barang mahal di mata saya waktu itu. Sekarang (2018) harga pasarnya sekitar 47jt - 65jt-an tergantung kondisi, namun mencari unit yang kondisinya bagus (ori) sangat sulit karena beberapa sudah dimodifikasi bergaya ALTO sehingga kehilangan keotentikan bodynya. Mobil ini menggunakan mesin berkode G16A 1,6 L SOHC 16 katup 4 silinder segaris. Tenaga yang dihasilkan sebesar 85 HP pada putaran 6.000 rpm sedangkan torsi maksimum sebesar 14,7 kgm pada putaran 4.500 rpm. Varian yang dipasarka di Indonesia terdiri dari:
  1. Suzuki Sidekick yang merupakan speck down dari Escudo
  2. Suzuki Escudo dengan fitur lebih lengkap
  3. Suzuki Vitara dangan basis sama dengan Escudo tetapi berpenggerak 4WD

Dari tampilan luarnya ketiga mobil di atas relatif sama, beda paling mencolok adalah pengerak 4WD untuk Suzuki vitara. Sementara Sidekick dan Escudo hanya beda minor pada eksteriornya dan perbedaan fitur pada interiornya.

GENERASI 2
Setelah saya lulus kuliah akhir 2004, saya bekerja disalah satu perusahaan Indomobil Group, saat pertama kali Escudo generasi 2 yang dikenal dengan bentuk mengembung dan serba lengkung seolah mendobrak disain lama yang banyak garis maskulin.Escudo genrasi kedua ini terkesan lebih "berlemak" dibanding dengan seri Escudo lama yang kurus langsing karena kebanyakan diet. 

Escudo 2.0 meskipun bosy berlemak tapi masih ada wibawanya.

Entah kenapa, pada awktu itu saya belum ada ketertarikan dengan model ini. Apa mungkin saya tidak selera dengan grafis SUV manja yang banyak lengkungan di sana sini. Ini pendapat pribadi, karena menurut pemikiran saya sebuah SUV harus maskulin dengan banyak garis tegas di sekujur tubuhnya. Seperti generasi sebelumnya, pada generasi ini Escudo kembali memeperkenalkan 3 varian yaitu:
  1. Escudo 1.6
  2. Escudo 2.0
  3. Grand Escudo XL-7

Khusus gnenerasi ini, PT.Suzuki Indonesia Motor hanya mengekspos nama Escudo, sementara nama Sidekick dan Vitara dihilangkan. Meskipun saya tidak suka dengan bodynya yang terlalu manja, saya tetap terpesona dengan type terbesarnya yaitu Grand Escudo XL-7. Mobil ini sangat mempesona buat saya, sampai sekarang jika ada uang yang nganggur ga terpakai sayapun masih berminat untuk memilikinya. Pada saat ini (2018) harganya sudah banyak yang dibawah 100jt. Sudah bukan barang mewah lagi seperti pada saat pertama kali diperkenalkan pada tahun 2006. 

Grand Escudo XL-7. Tampilan luarnya velgnya masih standar, hanya ganti ban dan suspensi ditinggikan suda hsegagah Pajero Sport. Mempesona!

Saya sangat suka mobil ini karena memenuhi beberapa unsur yang menjadi kriteria wajib sebuah mobil menurut saya pribadi:
  1. SUV harus berbody besar
  2. Saya suka mobil panjang
  3. Saya tidak suka mobil bermesin kecil
  4. Harus 7 seater
  5. Harus tinggi dan bebas banjir.
  6. Garis bodynya haus maskulin.

Nah dari 6 kriteria yang saya sebutkan di atas, hanya nomor 7 yang tidak sesuai dengan kesukaan saya, 1 sampai 6 masuk kriteria.

GENERASI 3
Jika pada generasi pertama dan kedua di atas adalah cerita masa lalu, namun khusus untuk Escudo genrasi 3 yang di Indonesai dikenal dengan nama Grand Vitara sampai sekarang saya masih suka. Bodynya maskulin, makin gagah karena sering digunakan sebagai mobil Patwal institusi TNI dan polisi indonesia. Grand Vitara sperti menghadirkan body Escudo genrasi pertama dalam bentuk yang lebih besar dan lebih modern. Sebuah celah body khas Escudo 90an kembali dimunculkan pada body Grand Vitara ini. Lihat foto di bawah ini untuk memahami hadirnya kembali sebuah kenangan masa lalu.

Escudo 90an celah ini tembus ke dalam ruang mesin, pada Grand Vitara generasi 3 ditutip dengan kisi kisi berbahan ABS.

Suzuki berhasil mengembalikan ingatan saya pada disain mobil tahun 1997 yang dulu pernah saya sukai (Sekarang sudah tidak lagi). Grand vitara yang paling saya suka adalah generasi 3 produksi tahun 2006 sampai 2008. Setelah tahun 2008 saya sudah tidak suka, meskipun body masih sama tapi ada beberapa minor change pada gril dan bumper yang menurut saya semakin memudarkan kesan maskulinya sebagai SUV. Velg juga sudah berubah menjadi lebih meninin, sehingga karakternya sebagai SUV maskulin semakin memudar.

Tampak depan sangat berwibawa, disain body dipenuhi garis garis tegas membuatnya semakin maskulin dan berkarakter. Spion tanduk di ujung kap mesin sebelah kiri sempat populer pada jamanya. 

Dari belakang tetap tampil dengan garis tegas, letak ban cadangan tidak berada di tengah tetapi agak ke kanan sama seperti generasi 90an.

Grand Vitara produksi 2006 - 2008 saat ini harga pasarnya sudah berada di kisaran angka 100jt-an. Sudah sangat terjangkau sebenarnya, tapi tetap tidak terbeli karena saat ini orientasinya sudah beda. Untuk kebutuhan saya dan keluarga kecil mobil yang paling dibutuhkan saat ini adalah Medium MPV diesel yang kabinya lega dan suspensinya nyaman namun tetap irit bahan bakar. Saya paling suka yang waarna Grey, body dan velg tetap standar hanya ganti ban menurut say sudah sangat gagah. Pada masanya, mobil ini suda htermsuk canggih di kelasnya karena suda hmenggunakan keyless entry dan beberapa fitur yang belum terdapat pada kompetitornya.

GENERASI 4
Generasi ke empat dari Escudo baru akan dilaunching pada tahun 2019. Saya sendiri masih menebak nebak apakah akan menggunakan lama Vitara (lagi) atau kembal ike generasi kedua yang menggunakan nama Escudo. Dari beberapa sumber yang kami peroleh, bentuk body dari Escudo/Vitara baru nantinya adalah seperti ini.

 Foto ini adalah yang paling terupdate pada beberapa link berita online. Walaupun body secara garis besar sama dengan foto di bawah, namun nama Escudo kembali dimunculkan.

Foto ini sudah sering itampilkan pada beberapa artikel online sepanjang tahun 2018, namun sampai dengan saat ini belum keluar harga resminya.

Meskipun disain dari Escudo/Vitara baru ini sangat futuristik, namun sama masih tetap suka disain Grand Vitara produksi 2006 - 2008. Kita tunggu saja perkembanyanya tahun depan, kita sama sama menduga bentuk Escudo baru yang akan dipasarkan di Indonesia. Tahun depan setelah resmi launching di Indonesia, saya akan kembali update beritanya. Terima kasih sudah joint di blog saya, mohon maaf jika ada yang tidak berkenan. Semua isi artikel ini adalah pendapat pribadi, jadi akan sangat wajar jika terdapat perbedaan sudut pandang dengan pembaca.

Beberapa ilustrasi gambar kami dapatkan dari google image, saya ucapkan terima kasih kepada pemilik gambar gambar tersebut. Dan mohon maaf jika tidak berkenan, silahkan komen di bawah dan akan saya hapus gambarnya.

Minggu, 16 Desember 2018

Tip Memperpanjang Umur Drive Shaft (Kokel) pada mobil FWD

Selamat pagi pembaca. Posting kali ini saya ingin mengulas soal penggerak mobil. Secara garis besar, mobil mobil penumpang yang sering kita gunakan terbagi menjadi dua:
  1. Pengerak roda depan (Front Wheel Drive - FWD)
  2. Pengerak roda belakang (Rear Wheel Drive - RWD)
  3. Pengerak semua roda (All Wheel Drive - AWD)


Secara spesifik kali ini saya akan mengulas tentang mobil berpenggerak FWD. Postingan ini juga saya khususkan untuk teman teman dikomunitas yang masih bingung menbedakan antara Tie Rod dan Drive Shaft (Kokel) pada mobil berpenggerak FWD.

Drive Shaft, bahasa abengkelnya "Kokel"

Tie Rod, bahasa bengkelnya "Terod"

Sebelum masuk ke inti pembahasan, saya akan memberikan contoh beberapa mobil di kelas Low MPV yang menggunakan pengerak FWD:

  1. Mitsubishi Xpander
  2. Honda Mobilio
  3. Suzuki Ertiga
  4. Grand Livina
  5. Chevrolet Spin

Sedangkan Low MPV yang masih konsten menggunakan pengerak RWD sampai dengan tahun 2018 adalah Low MPV produksi Daihatsu yaitu Xenia dan Avanza. Untuk brand pendatang baru yang ikutan menerapkan RWD adalah Confero.

Lalu apa untung ruginya menggunakan penggerak FWD? Pertama kita uraikan keuntungannya:
  1. Akselerasi lebih cepat karena penggerak berada di bawah mesin yang merupakan tumpuan beban.
  2. Biaya produksi lebih murah sehingga bisa menekan harga jual mobil baru
  3. Traksi lebih baik ketika berada di jalan licin
  4. Berat komponen lebih ringan

Setelah tahu keuntunganya, kita juga harus faham kelemahannya:
  1. Durability. Lebih cepat rusak dibanding RWD karena rata rata partnya lebih kecil dan roda depan yang dipaksa mendapat tugas ganda yaitu untuk berbelok kanan/kiri dan sebagai penggerak mobil.
  2. Tenaga kurang maksimal saat di tanjakan
  3. Rata rata digunakan untuk mobil beban ringan sampai menengah, tidak cocok diterapkan untuk mobil beban berat dan kendaraan niaga.


Komponen apa yang berperan vital pada roda depan untuk mobil bepenggerak FWD.

  1. Tie Rod sebagai perangkat pembelok roda
  2. Drive Shaft, bahasa bengkelnya "kokel" sebagai pengerak roda
  3. Disc brake dan Kaliper sebagai perangkat pengereman
  4. Suspensi, terdiri dari Shock Breaker dan Spring sebagai perangkat peredam kejut.


Nah, dari penjelasam 4 komponen di atas, saya sekaligus menjawab pertanyaan teman teman komunitas tentang bedanga Tie Rod dan Kokel. Untuk lebih jelasnya silahkan lihat foto di bawah ini

1 : Drive Shaft (Kokel), 2 : Tie Rod. Contoh pada Datsun GO

Berdsarkan pengalaman pribadi dari dua komponen dalam foto di atas, Drive Shaft (kokel) lebih cepat rusak dari pada Tie Rod. Hal ini disebabkan karena tugas Tie Rod lebih ringan, dia hanya bertugas mendorong roda untuk berbelok ke kanan da nke kiri. Tuga tambahanya adalah bergerak naik turun mengikuti gerakan suspensi.

Pada perangkat kaki kaki Drive Shaft adalah komponen yang dipaksa untuk bekerja paling keras.

Sedangkan Drive Shaft bekerja lebih berat, disamping harus bergerak kanan kiri pada porosnya mengikuti Tie Rod, juga bergerak naik turun mengikuti suspensi, ditambah gerak maju mundur menyalurkan tenagan dari Transmisi. Jadi kecimpulan saya meskipun didasarkan dari pengalaman pribadi juga berlandaskan teori semakin berat kerja komponen makan semakin pendek pula durability komponen tersebut.

Namun lagi lagi, panjang pendek unur sebuah komponen juga dipengaruhi dari cara Penggunaan dan Perawatannya. Berikut ini adalah tip yang saya dapat saya bagikan untuk memperpanjang usia Drive Shaft pada mobil Anda.

PERAWATAN:
Lakukan pemeriksaan rutin, jika karet sobek segera ganti karetnya. Karena jika karet sobek semua kotoran termasuk pasir jalan akan masuk ke dalam Drive Shaft dan menjadi partikel ampelas sehingga kokel cepat aus. Sobeknya karet Drive Shaft  juga tidak bisa dihindari karena letaknya berada di posisi yang rawan tersangkut benda lain di jalanan. Segera ganti karetnya jika sudah terlihat sobek atau pelumasnya merembes keluar.

Segera ganti karet jika sudah retak retak yang menyebabkan pelumas merembes seperti ini.

PEMAKAIAN:
  1. Hindari memutar penuh setir sampai mentok ke kiri/kanan karena pada posisi paling patah ini posisi Drive Shirt pada kondisi sangat lemah.
  2. Jika terpaksa memutar setir penuh sampai mentok karena kondisi jalan yang tidak memungkinkan, hindari akselesari mendadak. Berjalanlah pelan dengan akselerasi yang konstan dan stabil sehongga torsi dari transmsi tidak menimbulkan hentakan pada poros roda.
  3. Hindari pemakaian pada jalan yang rusak parah dalam posisi naik terjal dan berkelok. Jika rumah Anda berada di jalan seperti ini, gunakanlah mobil berpenggerak RWD

Demikian astikel singkat saya, semoga membantu Anda yang membutuhkan informasi tentang hal ini. Terima kasih sudah joint dalam blog kami, selamat berakhir pekan dan semoga liburan Anda sekeluarga pada akhir tahun ini menyenangkan. Informasi atau diskusi lebih lanjut dapat menghubungi salah satu admin kami di nomor wa.










Rabu, 24 Januari 2018

Datsun Cross basic body GO+

Saya ucapkan selamat atas launching Datsun Cross pada tanggal 18 Januari 2018. Tiga tahun publik menunggu, akhirnya muncul juga produk masal dari sebuah conceptcar tiga tahun silam. Agar kita tidak lupa, berikut ini saya tampilkan kembali foto Datsun GO Cross yang pertama kali dipamerkan di Tokyo Motor Show 2015. Kemudian ditampilkan lagi di Indonesia saat GIIAS 2016.



Publik terlanjur mempunyai ekspektasi yang tinggi terhadap disain masa depan Datsun (pada masa itu). Dalam benak kami terbayang sebuah compact crossover sejati dengan body baru dan belum pernah ada di Indonesia bahkan di Dunia. Disain stop lamp dengan lekukan yang terlihat dewasa menambah kesan padat pada body bagian belakang dan menyatu dengan disain body secara keseluruhan. Sehingga keseluruhan body Datsun GO Cross Concept (Namanya pada saat itu) tampak atraktif, mewah, dan penuh dengan nuansa futuristik.

Namun kenyataan yang ada adalah sebuah mobil lama (Datsun GO+) yang didandani dengan ubahan pada headlamp, bumper depan-belakang, velg, spion, dan spoiler. Sementara aksesoris minor lain hanya tempelan untuk menjadikanya mirip dengan Datsun GO Cross Concept. Seperti apapun dibuat mirip tetap saja ini adalah sebuah Datsun GO+ yang sudah beredar di jalan raya sejak 2013, sudah 5 tahun dan publik sudah mulai jenuh dengan disainnya. Kebanyakan yang belum punya jenuh dengan disainnya, sebagian yang sudah punya seperti saya sudah mulai jenuh dengan kondisi interiornya yang kurang proper dan sempit. Mungkin karena konsepnya adalah LCGC jadi jok yang tidak proper dan kabin semit seolah menjadi alasan untuk sebuah keterbatasan itu. Namun LCGC lain tidak begitu, LCGC lain benar-benar 7 seater dan orang dewasa bisa duduk layak di dalam kabinnya.

Satu hal yang membanggakan adalah Datsun Cross ini "katanya bukan LCGC", mari kita komparasikan mobil yang "katanya bukan LCGC" ini dengan mobil lain yang jelas-jelas LCGC. Harapan saya yang "katanya bukan LCGC" mendapat point lebih karena pembandingnya hanyalah mobil LCGC.


Mesin

Datsun Cross (BUKAN LCGC) mesin HR12DE, 1.198cc, 3-silinder. Versi transmisi manual 5-percepatan, menghasilkan tenaga 68 PS, namun untuk Cross CVT tenaganya lebih besar 78 PS. Besar torsi semua sama, 104 Nm.

Toyota Calya (ASLI LCGC) mesin 3NR, 1.197 cc dengan 4-silinder. Dilengkapi teknologi Dual VVT-i yang mampu menghasilkan semburan tenaga 88 Ps setiap putaran 6.000 rpm dan mampu mencapai torsi 104 nm pada putaran mesin 3100 Rpm.

Fakta 1 : Mobil LCGC dibekali mesin 4 silinder yang tentunya lebih stabil dan halus. Getaran pada saat mesin idle dan AC dinyalakan tentunya akan lebih lembut dari pada mesin 3 silinder milik Mobil Bukan LCGC).

Disain body
Masalah disain body tidak bisa kita nilai karena bisa bersifat sangat subyektif. Masalah disain berhubungan erat dengan selera jadi sebagus apapun sebuah disain jika tidak sesuai dengan selera seseorang ya bisa dibilang tidak bagus. Begitu pula sebaliknya, sejelek apapun disain sebuah mobil tapi jika sesuai dengan selera seseorang maka bisa dibilang bagus. Jadi, masalah disain saya tidak akan komentari.

Akomodasi:



 Interior Mobil Bukan LCGC kapasitas tempat duduk 5 dewasa +2 anak


Interior Mobil LCGC kapasitas tempat duduk 7 orang dewasa

  1. Jok depan : Relatif sama, tidak saya bahas.
  2. Jok row2 : Mobil LCGC joknya tebal, bisa dilipat 60:40, bisa sliding, space kepala dan kaki layak untuk orang dewasa, ada sabuk pengaman 3 titik untuk 3 orang, ada headrest yang proper untuk 3 orang, kemiringan sandaran bisa disesuaikan. Sementara Mobil yang "katanya bukan LCGC" joknya tipis, tidak bisa dilipat 60:40, kalo mau melipat harus menarik 2 tuas di kanan dan kiri secara bersamaan (sangat merepotkan), tidak bisa sliding, space kepala dan kaki cukup untuk orang dewasa, ada sabuk pengaman 3 titik untuk 2 orang, tidak ada headrest yang proper untuk orang dewasa, kemiringan sandaran tidak bisa disesuaikan.
  3. Jok row3: Mobil LCGC ada headrest yang proper untuk 2 orang, ada sabuk pengaman 3 titik untuk 2 orang, space kepala bisa untuk orang dewasa, space kaki terbatas tapi bisa lebih lega jika penumpang di row2 mau sedikit memajukan kursinya. Sementara di Mobil Bukan LCGC tidak ada headrest sama sekali, tidak ada sabuk pengaman 3 titik, space kepala dan kaki tidak layak untuk orang dewasa. Dan akses untuk keluar masuk harus memaksa semua penumpang di jok row2 turun dari mobil karena jok row2 hanya bisa dilipat secara utuh.

Adjustable headrest selain untuk kenyamanan juga menunjang keselamatan jika terjadi benturan dari belakang.

Ketebalan, disain, opsi pelipatan dan kelengkapan jok Calya lebih manusiawi dibandingkan Cross. Bahkan tuas pengunci pintu terlihat lebih elegant dan aman dari pada tuas kunci Cross yang menonjol ala mobil jaman dulu.

Benigi kondisi jok row3 Cross, siapa yang rela duduk di sini berlama lama?

Fakta 2: Mobil LCGC bisa muat 7 orang dewasa, sementara Mobil Bukan LCGC hanya muat 5 orang dewasa. Itupun posisi duduk headrest dan sabuk pengaman tidak selengkap mobil LCGC. Akses keluar masuk kabin terutama di jok row3 lebih praktis mobil LCGC. Jok lebih tebal mobil LCGC. Dan faktanya memang Mobil LCGC mempunyai kabin lebih lega. Mungkin untuk orang yang mempunyai postur tertentu bisa juga kepalanya montok duduk di jok row3 Calya, tapi biar bagaimanapun tetap lebih manusiawai dibanding kondisi jok dan space Datsun Cross.

Dimensi

Mobil LCGC Calya  panjang 4.070mm, lebar 1.655mm, dan tinggi 1.600mm
Mobil Bukan LCGC Cross panjang 3.995mm, lebar 1.670mm, dan tinggi 1.560mm

Fakta 3 : Calya Mobil LCGC lebih panjang dari pada Cross Mobil Bukan LCGC.



Body lama yang difacelift

Berikutnya mari kita telusuri apa sejatinya Datsun Cross ini. Ternyata bukan mobil yang sama sekali baru, tapi hanya facelift dari Datsun GO+. Berikut foto-foto yang membuktikan bahwa basic body Cross adalah GO+.

Headlamp Datsun GO : Lampu sein posisi di tengah dekat grill.

Headlamp Cross: Headlamp disain baru sudah dilengkapi DRL yang terintegrasi dan HID. Lampu sein pindah ke atas.

Meskipun disain headlamp baru, namum kap mesin masih tetap sama, fender kanan kiri juga tetap sama. Ubahan yang dilakukan pada sektor depan hanya headlamp dan bumper. Aksesoris lain berupa grill dan foglamp semua melekat di bumper, jadi jika bumpernya saja diganti maka akan langsung dapat semua dan tampilan GO+ langsung berubah menyerupai Datsun GO Cross Concept tiga tahun lalu itu. Lagi lagi hanya menyerupai, basic mobilnya tetap datsun GO+ yang LCGC itu.

Kiri Datsun Cross - Kanan Datsun GO Cross Concept

Dari potongan foto di atas terlihat jelas bahwa GO Cross berusaha menciptakan bentuk headlamp dan bumper depan yang menyerupai mobil konsepnya namun dibangun dari body Datsun GO+. Pada foto kanan terlihat kap mesin mobil konsep menyatu dari belakang sampai menyentuh gril. Namun pada foto kiri kap mesin terlihat terpotong pada bagian atas headlamp kemudian disambung dengan panel plastik yang menghubungkannya sampai ke grill. Mengapa harus disambung dengan panel plastik? Karena kap mesin dari GO+ yang apa adanya kemudian dipaksa menyatu dengan gril depan model baru yang menyatu dengan bumper. Headlamp meskipun sepintas sama namun berbeda, kita lihat lebih dekat sudut headlamp yang menempel pada fender. Pada foto kanan (mobil konsep) sudutnya tajam di atas, kemudian  sudut bawah sedikit landai. Tapi pada foto kiri headlamp terpaksa harus mengikuti lekukan fender GO+ sehingga sudut atas lebih landai, kebalikannya sudut bawah lebih tajam kalau dibandingkan dengan foto kanan. Dari sini terlihat jelas bahwa fender ini juga menggunakan fender GO+.

Gambar atas Datsun GO+, gambar bawah Datsun Cross.
Mari kita lihat dengan seksama, untuk membuktikan bahwa body Datsun Cross sebenarnya adalah Datsun GO+ yang diganti warna. Sengaja saya ambilkan gambar GO+ yang sudah diganti velg lebih besar untuk mendapatkan postur tinggi dan Ground Clearance yang sama.

  1. Bentuk roof panel sama, hanya ditambahkan roofrail dan antena radio.
  2. Bentuk kaca depan sama, bahkan sampai wiper dan kap mesin juga sama.
  3. Fender depan sama, hanya ditambah tempelan overfender plastik warna hitam.
  4. Pintu bagasi sama,hanya beda di spoiler, tambahan wiper dan lubang kunci.
  5. Pintu depan sama, hanya beda bentuk spion
  6. Pintu belakang sama.
  7. Stoplamp sama, tidak diubah sedikitpun.
  8. Panel kaca pintu depan dan pintu belakang sama.
  9. Kaca samping paling belakang sama.
  10. Fender belakang dan tutup bensin sama, hanya ditambah overfender plastik warna hitam.
  11. Panel body bawah pintu antara fender depan dan belakang sama, hanya ditambah tempelan bodymolding dan underguard dari plastik.
  12. Ground Clearance? tinggal ganti velg dan ban berukuran sama dengan yang dipakai Cross maka GO+ lama Anda juga akan bertambah tinggi.
Dengan body yang sama maka ruang kabin juga masih sama sempitnya dengan Datsun GO+, tempat duduk hanya beda pada jok depan yang sudah terpisah karena penempatan hand break pada posisi normal. Jok row2 dan row3 hanya ganti pelapis dan ada tambahan pelipatan sampai menempel ke jok depan seperti Datsun GO+ India Domestic Market. Jadi bagaimana rasanya duduk di kabin Cross, ya sama sempitnya seperti duduk di kabin Datsun GO+, bahkan panel ACnya juga masih tetap dua panel.

Namun ada hal baru yang perlu diapresiasi. Datsun Cross ini adalah mobil matang yang sudah mempunyai disain dasbord lebih baik, HU doubledin seperti mobil pada umumnya, ada takometer analog yang membuatnya lebih layak sebagai mobil penumpang. Sudah ada switch power window lengkap seperti umumnya mobil jaman sekarang. Tidak perlu modus merogoh ke penumpang sebelah kiri jika ingin menaik turunkan kaca depan sebelah kiri. Dengan kata lain inilah idealnya sebuah mobil, kalo Datsun GO+ yang dulu masih berupa mobil setengah matang.

Datsun Cross juga sudah terdapat transmisi AT sebuah opsi yang memberi pilihan kepada pengguna yang ingin mendapatkan sensasi mengemudi lebih nyaman pada saat jalan macet.

Untuk fitur lain seperti Vehicle Dynamic Control (VDC), ABS, EBD with BA, traction control, dan brake-limited slip differential (B-LSD) saya tidak tertarik untuk berkomentar. Karena menurut saya sebuah mobil yang posisi duduknya saja belum proper buat apa ditambahi dengan fitur canggih?

Datsun mungkin punya pertimbangan lain, tapi konsumen juga berhak memilih. Karena jika menggunakan body All New sebuah Datsun Cross dari segi harga akan bersaing dengan Suzuki S Cross, HRV, TraX, dan Juke. Saya sudah bisa bayangkan bagaimana serapan marketnya jika sebuah merk yang lama mati, dan baru hidup kembali 5 tahun terakhir dengan pruduk LCGC yang masih perlu banyak perbaikan di sana sini dipaksa bersaing dengan merk sekelas Honda, Nissan, Chevrolet, dan Suzuki. Untuk itu "mungkin" Datsun berusaha mengambil segmen bawahnya pada kisaan harga diatas LCGC namun tetapdi bawah 200jt.

Pada harga ini pesaingnya adalah Confero dan Suzuki Ignis. Toyota Etios Valco, Mitsubishi Mirage, Daihatsu Sirion juga di rentang harga yang mirip, Toyota Calya meskipun LCGC tetap berpotensi menjadi penghambat Datsun Cross karena dimensinya kabin lebih besar, kabin lebih lapang, dan mesin sudah 4-silinder. Jika saya harus memilih pada kisaran harga tersebut maka secara kualitas produk Confero adalah yang pertama kali saya pertimbangkan. Untuk Ignis, Valco, dan Mirage saya coret dari pilihan karena secara pribadi saya kurang suka mobil yang hanya 2 baris tempat duduk. Sirion disain bagian depan bagus, dan built in quality juga bagus, namun saya kurang pede menggunakan merk itu karena opini yang berkembang di masyarakat Daihatsu adalah low-end dari Toyota. Confero akhirnya juga saya coret dari daftar pilihan karena saya lebih percaya produk Jepang.

Pilihannya tinggal 2, yaitu Calya atau Cross. Jika saya mengutamakan kenyamanan dan kelegaan kabin saya akan pilih Calya. Namun jika saya mengutamakan disain body ya saya akan pilih Cross. Terakhir mari kita serahkan pada mekanisme pasar, dan kita tunggu pencapaian penjualan Datsun Cross pada tahun pertama, kedua, dan ketiga. Khusus untuk pencapaian penjualan saya pegang Calya, meskipun LCGC tapi dia adalah keturunan Toyota.

Demikian uraian saya, semua tulisan di atas selain fakta yang bisa dibuktikan dengan foto dan dimensi secara ukuran numerik adalah opini pribadi dan semua orang berhak untuk mempunyai pendapat berbeda. Terima kasih.