Jumat, 28 Juli 2017

Mitsubishi EXPANDER

Small MPV bergaya SUV yang resmi diperkenalkan secara global kepada publik pada Senin (24/7/2017) tersebut bakal menjadi pesaing paling berat bagi beberapa MPV lain, sebut saja seperti Grand Livina, Ertiga, Mobilio Avanza, dan kembarannya satu lagi yang mirip tapi beda harga.

Detil lekuk bodynya seperti mobil yang datang dari masa depan.

Lekuk body bagian bagian belakang sangat menawan, coba bandingkan dengan mobil yang harganya lebih mahal seperti All New Pajero atau All New Innova. Jangan bandingkan dengan Low MPV dikelasnya, karena dari segi disain memang tidak sebanding.

Sebelum MPV Mitsubishi ini hadir di bumi Indonesia disain dan fitur terbaik di mata konsumen yang benar benar mengerti kualitas mobil masih dipegang Mobilio, Grand Livina, dan Ertiga. Tetapi jika dibandingkan dengan kompetitornya Expander terlihat paling modern dan paling bernuansa masa depan. Apalagi jika dibandingkan dengan Small MPV paling laris yang itu, jika parkir sebelahan pasti si itu langsung terlihat jadul seperti beda generasi, beda kualitas, ya intinya seperti beda kelas.


Sebenarnya nama Expander inipun belum resmi, karena pihak ATPM belum menempelkan emblem nama apapun pada Small MPV paling menawan ini. Sebelum versi masalnya dilaunching, Expander sudah diperkenalkan berupa mobil konsep dengan nama Mitsubishi XM Concept.






Jika Small MPV paling laris itu bertahan dengan konsep lamanya yaitu mobil kecil serbaguna yang berpengerak reda belakang, sebaliknya Mobilio, Grand Livina, dan Ertiga berpengerak roda depan dengan disain body menyerupai sebuat Estate (Mobilio dan Grand Livina) dan Ertiga dengan ground clearance rendah untuk mempertahankan stabilitas body. Sangat berbeda dengan Mitsubishi Expander yang membuat sebuah konsep MPV menyerupai SUV atau lazim disebut Cross Over MPV. Melihat Expander yang begitu memukau, saya jadi tertarik membandingkan dimensinya dengan para kompetitor.

EXPANDER 4.475 x 1.750 x 1.700 mm.
GRAND LIVINA 4.485 x 1.700 x 1.650 mm.
MOBILIO 4.386 x 1.683 x  1.603 mm.
ERTIGA 4.265 x 1.695 x 1.685 mm
AVANZA 4.190 x 1.660 x 1.695 mm


Dari data di atas kertas, terbukti memang Expander adalah Small MPV yang paling lebar dan paling tinggi di kelasnya. Memang bukan yang paling panjang karena tetap Grand Livina yang paling panjang di kelasnya.



Meskipun awalnya Xpander dihadirkan untuk mengisi segmen Low MPV di kelas Grand Livina, Ertiga, Mobilio Avanza. Namun dengan disain body seperti ini BRV, RUSH,  juga harus siap-siap tergeser.

Jika selama ini Small MPV paling laris itu selalu mencatat penjualan tertinggi di Indonesia, itu menurut pendapat saya bukan karena kualitasnya nomor satu. Karena banyak kompetitor lain dengan kualitas yang lebih bagus. Mungkin mobil itu berhasil mendisain sebuah mobil yang paling memenuhi selera sebagian besar masyarakan Indonesia. Terbukti jika mobil tersebut di ekspor ke nagara lain tidak pernah membukukan penjualan yang fantastis seperti di Indonesia. 

Faktor lain yang membuat Small MPV paling laris itu selalu mencatat angka penjualan yang bagus karena brand tersebut mampu menciptakan dan menjaga resale value. Karena sebagian masyarakan kita motif membeli mobilnya adalah karena faktor mencari aman atas uangnya sehingga jika suatu saat mobil tersebut dijual mereka tidak kehilangan nilai uang terlalu banyak.

Namun sekali lagi untuk orang yang benar benar mengerti kualitas mobil secara keseluruhan, Small MPV paling laris itu belum mampu memenuhi standar mereka. Jika kita bicara disain dan fitur memang Small MPV paling laris itu bukan yang paling buruk, tetapi terlalu banyak yang lebih baik di kelasnya.

Rabu, 12 Juli 2017

Menghitung Konversi MID

Banyak teman yang bertanya tentang pengantian ukuran velg dan ban. Rata-rata mereka masih bingung mengukur berapa perubahan diameter roda setelah ganti velg dengan ukuran yang lebih besar. Karena pengantian ukuran velg dan ban bisa mengakibatkan perubah tinggi mobil secara keseluruhan, merubah jarak ban ke fender, radius putar per km yang akan mempengaruhi akurasi pembacaan panel digital pada speedometer mobil. Berikut ini postingan lama saya, tapi karena banyak yang menanyakan saya repost di sini.


Ban Mobil adalah komponen yang berperan sangat penting bagi keselamatan karena fungsinya menghubungkan tenaga putar dari mesin yang disalurkan pada roda (velg) dengan landasan yang harus menghasilkan traksi untuk menjaga laju mobil tetap dalam pengendalian. Ban yang terlalu keras tentunya akan mengurangi traksi ke aspal, namun ban yang terlalu lunak juga mengganggu kestabilan mobil secara keseluruhan. Jadi kekerasan tekanan angin dan kekenyalan bahan karetnya harus pas untuk menjaga fungsi dan durabilitas yang sempurna. Oke cukup sampai disini membahas tentang tekanan dan kekenyalan ban, langsung saja kembali ke topik uaitu mengukur tinggi ban untuk Menghitung Konversi MID pada mobil yang sudah menggunakan Velg dab Ban non standar.

Diketahui
L = Lebar tapak ban
T = Tinggi ban
R = Diameter velg
K = Konversi dari inchi ke cm
D = Diameter ban (Tinggi ban)
Π = 3.14

asumsi ukuran ban 215/45/17

Menghitung tinggi ban
Formula = (((Lx0.1)x(T%))x2)+(RxK)
=(((215x0.1)x(45%))x2)+(17x2.54)
= 62.53cm

Meghitung keliling Lingkaran Ban
Formula = DxΠ
= 62.53x3.14
= 196.34cm 

Manfaat
1. Mencari tinggi ban jika ingin mengganti ukuran ban
2. Menghitung tinggi mobil jika ingin mengganti ukuran ban
3. Menentukan ukuran ban yang sesuai jika ban cadangan mengunakan ukuran velg lebih kecil
4. Menghitung prosentase konversi ODO, TRIP, AVG, jika ban sudah diganti dengan ukuran yang lebih besar
5. Mengukur jarak ban dengan vender jika ingin mengganti ukuran ban
6. Menentukan kombinasi ukuran velg dan ban yang ideal


Keterangan:
Secara garis besar menghitung tinggi ban dilakukan dengan menentukan tinggi ban dikali 2 (Pada gambar A + B) ditambah dengan diameter velg (yang sudah dikenversi dalam satuan cm)

D4D (Direct 4 Stroke Diesel)

Mesin DIESEL pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Diesel pada tahun 1892 di Jerman, ingat ya Rudolf Diesel bukan Vin Diesel yang nama aslinya Mark Sinclair lahir pada 18 July 1967. Cara kerja mesin diesel konvensional secara garis besar sama dengan cara kerja mesin bensin pada motor 4 tak. Berikut saya flashback cara kerja mesin motor 4 tak.


Udara dan bahan bakar yang sudah melalui tahap pengkabutan di hisap masuk kedalam ruang pembakaran kemudian dipadatkan (dimampatkan) pada saat langkah kompresi dan disaat yang telah ditentukan diledakkan dengan percikan api pembakaran. Disebut 4 tak (empat langkah) karena untuk terjadinya pembakaran melalui 4 gerakan piston naik turun sebagai berikut:
  1. Langkah hisap dengan proses naturally aspirated (Piston bergerak TURUN)
  2. Langkah kompresi (Piston bergerak NAIK)
  3. Langkah pembakaran (Piston bergerak TURUN karena dorongan ledakan pembakaran).
  4. Langkah buang (Piston bergerak NAIK)
CARA KERJA MESIN DIESEL KONVENSIONAL



Pada  penerapannya dalam mesin diesel, langkah 1 sampai dengan 4 di atas tetap sama. Bedanya hanya untuk dua point sebagai berikut:
  1. Pada mesin bensin proses masuknya bahan bakar dan dan udara terjadi secara bersamaan melalui intake manifold, sedangkan pada mesin diesel bahan bakar (solar) diinjeksikan tersendiri melalui nozzel dan injector dalam ruang bakar.
  2. Proses peledakan (pembakaran) pada mesin bensin terjadi karena SPARK IGNITION yaitu percikan api dari busi (seperangkat komponen pengapian), sedangkan mesin diesel peledakan terjadi karena AUTO IGNITION yaitu murni karena kompresi udara panas dan solar pada suhu sampai dengan 550°C.
Berikut ini dapat saya jelaskan detil terjadinya pembakaran pada mesin diesel konvensional:
  1. Secara prinsip mesin diesel bekerja sesuai hukum charles, yaitu udara dikompresi dengan perbandingan 1:15 sampai dengan 1:22 untuk meningkatkan suhu udara sampai dengan 550°C dengan tekanan udara sekitar 580psi.
  2. Pada saat proses kompresi udara menuju puncaknya solar diinjeksikan melalui nozzle dan injector ke dalam ruang kompresi agar dapat bercampur dengan udara bertekanan tinggi.
  3. Fungsi injector selain menyuntikan solar kedalam ruang kompresi juga memastikan bahan bakar tersebut telah terpecah menjadi butiran butiran terkecil yang merata untuk merubah cairan menjadi uap panas yang siap diledakkan.
Proses Injeksi secara umum dibagi menjadi dua jenis:
  1. DIRECT INJECTION. Bahan bakar disuntikkan langsung di atas piston yang sedang bergerak mendekati TMA.
  2. INDIRECT INJECTION. Bahan bakar disuntikkan kedalam ruang khusus yang terhubung dengan ruang kompresi tempat piston berada.
CARA KERJA MESIN DIESEL COMMONRAIL


Mesin Diesel Commonrail yang dalam mesin Toyota dikenal dengan type D4D (Direct 4 Stroke Diesel) merupakan jawaban dari mesin diesel konvensional yang dianggap kurang responsif dibandingkan dengan mesin bensin. Keunggulan dari Mesin D4D adalah menghasilkan mesin yang lebih responsif namun tetap hemat bahan bakar dan ramah lingkungan. Sebuah mesin yang mampu menjawab kebutuhan pengguna mobil diesel masa kini.


Perbedaannya dengan mesin diesel konvensional adalah dengan penambahan unit kontrol elektronik yang mengatur proses injeksi bahan bakar dengan lebih presisi dengan teknologi High Pressure Piezo Injection dengan pengaturan waktu dan volume yang akurat.
Teknologi Injector Piezoelektrik menggantikan  injector solenoida pada mesin diesel konvensional, dimana injector type ini diakui mampu memberikan tingkat akurasi 3 kali lebih akurat dibandingkan dengan injector solenoida.

Mesin D4D memiliki tekanan lebih tinggi dibanding dengan diesel konvensional. Jika diesel konvensional tekanan udara pada saat kompresi berkisar 580psi, pada mesin D4D tekananya meningkat sampai 23.206psi.
Dengan tekanan yang super tinggi tersebut, sehingga molekul solar yang disemprotkan dalam ruang kompresi menjadi sangat kecil yang diperkirakan seukuran ujung rambut model shampo sehingga lebih cepat terbakar dan menghasilkan gas buang yang lebih ramah lingkungan, tenaga lebih besar, suara lebih halus, dan yang pasti lebih hemat bahan bakar dibanding dengan mesin diesel konvensional. Mesin jenis ini selain mulai populer di Indonesia juga sangat digemari di Eropa.