Selasa, 02 Juli 2019

Cikar dalam sejarah dan Kenangan Kasa Kecil

Saya pernah kecil pada tahun 80an. Karena tempat tinggal saya di desa, jadi masih sempat melihat pemandangan kereta sapi, atau disebut pedati, di beberapa daerah dinamakan cikar mengangkut hasil panen petani. Tidak hanya hasil panen, batu bata dan bahan bangunan lainnya juga di angkut dengan cikar. Pada masa itu adalah masa transisi alat angkut berbasis mesin dan alat tangkut tradisional dangan kearifan lokal yang masih membumi. Kita generasi milenial harus mengenang sebuah sejarah panjang, bahwa mimpi besar berdirinya negara ini pernah dibangun di masa kejayaan pedati. Menurut referensi berjudul Gedenk Boek der Gemeente Cheribon 1906-1931, pedati sudah dibuat dan digunakan di masa kerajaan dulu sekitar tahun 1931Pada masa pemerintahan Sultan Cirebon kedua yakni Sunan Gunung Jati sekitar tahun 1480 pedati masih digunakan dikalangan kesultanan sebagai alat angkut bahan bangunan untuk mengangkut bahan bangunan yang digunakan membangun Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Hingga pada tahun 1500 masyarakat umum diperbolehkan membangun pedatinya sendiri dengan disain mencontoh dari Pedati Gede Pekalangan.
Pada zaman Hindia Belanda, gerobak sapi dikenali dengan nama "oxencar", sedangkan kusir gerobak sapi dikenal dengan sebutan "bajingan". Referensi lain menyatakan bahwa sebutan bajingan bukan untuk kusir cikar, tatapi untuk para pengawal cikar yang sengaja dibayar oleh sodagar untuk menjaga barang yang diangkut dalam cikar. Jika disetarakan dengan istilah jaman sekarang kata bajingan bisa diartikan preman pengawal truk barang.

Roda pedati dari kayu

Pada awalnya roda pedati terbuat dari kayu, semuanya terdiri dari unsur kayu mulai dari poros roda, jari jari, sampai bagian ban (hanya bagian terluar yang dilapisi besi). Diameter roda pedati dari kayu mencapai 160cm (bahkan ditemukan roda pedati dengan diameter mencapai 2 meter), lebih besar dari ban truck apapun yang ada di jalan raya saat ini. Jika dikonversi dalam inch kira kira ukuran roda pedati adalah 63 inchi. Namun makin kesini roda pedati diganti dengan roda truck dengan alasan kekuatan untuk memaksimalkan beban angkut dan durability. Juga karena faktor makin sulitnya mencari material berupa kayu berspesifikasi khusus untuk pembuatan roda pedati.
Pada jaman dahulu roda pedati dari kayu yang tidak bundar sempurna tidak terlalu masalah. Tidak perlu spooring dan balancing seperti roda mobil jaman sekarang. Karena jalan yang dilalui kebanyakan tidak rata, bisa jalan tanah atau bebatuan.


Cikar masa kini, dengan roda truk

Cikar atau pedati pada jalan dahulu tidak dilengkapi dengan spring (per/suspensi) karena cikar diperuntukkan sebagai alat pengakut barang. Selain itu cikar juga tida kdilengkapi dengan lentera (lampu), mungkin peruntukan mengangkut barang pada jalan dahulu hanya merupakan aktifitas siang hari.
Lampu dokar, namun belum tersedia fitur lampu jauh dan lampu dekat.

Sudah dilengkapi pegas untuk mengurangi benturan dari roda, meskipun belum dilengkapi dengan shock breaker.

Berbeda dengan dokar yang sudah dilengkapi dengan pegas suspensi dan lentera. Sedangkan untuk transportasi pegangkut orang menggunakan kuda (sebagai sepeda motor), dokar (sebagai mobil pengangkut masyarakat umum), dan andong (sebagai pengangkut orang kasta bangsawan dan sodagar, satu lagi kereta kencana (Merupakan kendaraan khusus untuk keluarga raja). Namun dokar tidak dilengkapi dengan rem tangan seperti cikar, mungkin alasannya untuk menghentikan sebuah dokar cukup dengan menarik kekang kuda. Alasan lain yang lebih tetap say sendiri kurang tahu, atau mungkin sudah ada dokar jalan sekarang yang sudah dilengkapi dengan hand brake.

Dokar

Andong, kereta bangsawan dengan 4 Horsepower

Berapa harga cikar?
Sebuah sumber yang menolak menyebutkan namanya pada saat kami wawancarai menyebutkan bahwa untuk membangun sebuah cikar berkwalitas dibutuhkan dana kurang lebih 25 juta. Biaya tersebut dipergunakan untuk membeli bahan baku kayu jati berkualitas, sepasang roda dan as truk, dan jasa tukang. Jika diukur satu unit cikar lengkap dengan 2 ekor sapi maka kisaran nilainya kurang lebih 65juta (asumsi harga sapi @20 juta).


Cikar, masih bertahan sebagai alat angkut masa transisi

Sesuai dengan fungsinya, cikar didesain bukan untuk kecepatan tetapi untuk kekuatan. Oleh karena itu dipergunakan sapi atau ada juga kerbai untuk menariknya.

Selain cikar, pada masa kecil saya masih ditemukan sepasang sapi yang difungsikan sebagai penarik kayu jati yang masuk ke dalam jurang. Sebenarnya pada waktu itu perusahaan pengelola huta nproduksi sudah memfasilitasi dengan unit unimog yang berfungsi untuk manarik kayu yang jatuh kejurang dengan seling dan sekaligus mengangkutnya ke jalan yang bisa dilewati truk. Namun karena unit unimog masih terbatas, di beberapa tempat masih menggunakan sepasan gsapi untuk melakukan tugas berat ini.


Sapi penaraik kayu

Tugas berat ini kini digantikan oleh unit unimog.

Sampai saat ini saya belum menemukan referensi yang menjelaskan asal kata Cikar. Beberapa referensi justru menjelsakan panjang lebar tentang kata "Bajingan" sebagai sebutan pengawal Cikar pada jaman dulu. Berbeda dengan Cikar, saya justru menemukan referensi lengkap tentang sejarah dan asal mula sebutan Dokar. Sebutan Dokar berasal dari serapan bahasa inggirs. Dokar awalnya adalah sebuah kereta kuda untuk berburu di hutan. Pada saat berburu, kereta kuda juga mengangkut anjing yang untuk membantu mengejar binatang buruan yang melarikan diri. Sehingga nama Dokar berdasarkan referensi bahasa Inggris berasal dari kata Dog dan Car, silahkan klik disini untuk membaca sejarah lengkapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar