Sabtu, 29 Desember 2018

Bimbang untuk Memilih

Saya pengemar mobil bermesin Diesel dari sejak belajar nyetir pertama kali pada tahun 1998. Waktu itu yang ada hanya Colt Diesel tua, tetapi melihat karakter mesih diesel itu saya langsung tertarik.


Interior Innova Facelift Type V/AT - D4D

Saat ini saya sedang berada di level psikologis, spesifik tentang pemilihan mobil untuk operasional harian dan penunjang aktifitas keluarga. Mobil kami saat ini meski usianya sudah tua tapi cukup untuk memenuhi ekspektasi dalam beberapa hal:
  1. Mobil nyaman dipakai keluar kota, suspensinya cukup mature (Tiadak lompat lompatan seperti Low MPV dari duo astro).
  2. Tidak capek ketika dipakai macet"an dalam kota, karena bertransmisi AT
  3. Bukan Low MPV, jadi lebih berat dan stabil di jalan tol.
  4. Mesin cukup besar (2.500cc) dengan power melimpah.
  5. Tapi konsumsi bahan bakarnya tetap irit sesuai budget kami yang masih pas pasan, bahkan seirit LCGC.
  6. Interior lapang muat 8 orang meski pun keluarga kami hanya 3 orang.
  7. Fiturnya cukup untuk kelas mobil dimasanya, sudah mengunakan fitur climate control pada AC (Tidak ada lagi puter"an seperti knop kompor gas).
  8. Jok terbuat dari material suede yang lembut dan berwarna biege
  9. Biaya perawatan memang agak mahal tapi masih terjangkau, yang jelas worth it lah untuk kenyamanan yang didapat.
Mobil ini sudah kami pakai 2 tahun dan kami beli dalam kondisi 2nd, tapi kami rasakan masih jauh lebih nyaman dari mobil" kami sebelumnya yang kami beli baru. Mobil baru yang pernah kami gunakan sebelumnya adalah:
  1. APV Arena GX pada 2009
  2. All New Avanza pada 2012
  3. All New Xenia pada 2013
  4. Datsun GO plus pada 2014
Serius, diantara mobil mobil di atas tidak satupun lebih nyaman dari mobil bekas kami yang sekarang. Itu wajar, karena 3 mobil di atas masuk dalam kelas Low MPV, dan satu lagi LCGC. Mobil mobil tersebut memang dibuat bukan untuk kenaymanan, tapi kepraktisan bermobilitas dan efisiensi pada harga dan biaya operasional.

Sejak masih single saya udah suka dengan mesin diesel. Buat saya diesel engine mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan petrol engine (Di Amerika dikenal dengan sebutan gasoline engine):
  1. Sistem self ignition yang bisa terjadi pembakaran tanpa ada pengapian
  2. Harga bahan bakar relatif lebih murah, untuk diesel engine type basic. namun tidak untuk diesel engine modern yang harus menggunakan PertaDEX.
  3. Konsumsi bahan bakar lebih irit karena perbandingan molekul 22:1, 22 molekul udara, dan 1 molekul bahan solar. Sedangkan petrol engine memiliki perbandingan molekul 14:1.
  4. Mempunyai power yang lebih besar meskipun di RPM rendah sekalipun.
Impresi Mengemudi
Impresi mengemudinya terasa lebih membanggakan dari mobil mobil kami sebelumnya. Traksi di jalan terasa mantap, handling memang tidak terlalu lincah tapi cukup baik untuk ukuran ukuran MPV berbobot 1,6ton. Posisi duduknya cukup nyaman, karena dimensi dari jok depan menopang sempurna bagian punggung sampai kepala. Kekedapan kabinnya cukup baik meski pun bermesin diesel. Akselerasi di putaran bawah dan menengah cukup oke meski pun bertransaksi automatic. Terbukti mobil ini cukup lincah saat harus dipaksa mendahului kendaraan lain di rute malang - bali beberapa bulan lalu, silahkan klik untuk melihat videonya.

Biaya perwatanya bikin bangga.
Biaya ganti oli setara Fortuner dan Pajero, itulah yang menurut saya membanggakan. Sejauh ini tidak ada masalah berarti pada mobil kami ini, satu satunya yang masih terasa janggal di benak saya hanya biaya perawatan saat ganti oli dan filter" yang terasa mahal. Mahal tidaknya mungkin relatif, tergantung kemampuan finansial seseorang. Saya katakan mahal kerena saat ganti oli lengkap dan filter"nya biaya yang kami keluarkan setara dengan biaya ganti oli Fortuner dan Pajero. Saya mulai berfikir, untuk apa menggunakan mobil di kelas Medium MPV tapi harus mengeluarkan biaya perawatan setara mobil di kelas yang lebih tinggi. Biaya pajak tahunan juga selisih sedikit dibanding Pajero tahun yang sama.

Ini bagus, tapi kami belum tertarik. Maaf salah, duitnya yang belum tertarik.

Saya lebih suka yang ini, harganya hanya selisih sedikit dari Innova GNKI Diesel Type V.

Fortuner tampangnya mature dan sangat kebapakan, tapi masih ke innova innovaan. Macam Innova diesel yang ganti baju sama ban dan velg lebih besar. Jika kita lihat interiornya, fiturnya beda beda tipis dengan Innova Type V. Sementara Pajero tampangnya macho, maskulin meskipun dua duanya sama sama memiliki garis body yang sederhana, saya suka kesederhanaan.


Si adik garis bodynya lebih berkarakter. Bentuk secara umum sangat futuristik tetapi masih menyisakan garis garis tajam khas SUV yang berusaha tampil tegas dan berkarakter. Disain tail lamp yang kontroversial dan banyak orang menyebutnya aneh. Namun dibalik disainya yang tidak biasa, bentuk lampu ini ternyata didisain selain harus memenuhi unsur futuristik tetapi juga fungsional. Berikut tiga fungsi lampu belakang Pajero Sport yang masih belum banyak yang tahu:
  1. Dapat dengan mudah didetiksi dari kejauhan, seperti kebanyakan SUV di Eropa yang menerapkan bentuk lampu belakang vertikal.
  2. Dengan lampu vertikal, pengemudi di belakang dapat mendefinisikan sebuah ukuran mobil yang tinggi.
  3. Menjadi trade mark SUV Mutsubishi yang menbedakanya dengan SUV dari brand lainnya.
Bukan sekedar aneh, tapi juga fungsional.

Beda dengan si Adik, Sang kakak didominasi dengan desain body yang serba lengkung. Biasanya saya paling tidak suka dengan mobil (apalagi SUV) dengan desain serba lengkung, tapi berbeda cara pandang saya terhadap Pajero. Meskipun banyak garis lengkung yang manja, namun desainer Mitsubishi berhasil membuat komposisi bentuk body secara keseluruhan terlihat macho. Mungkin selain dari disain body tampilan macho Pajero juga dipengaruhi dari dimensi dan ground clearance yang tinggi.

Semakin Bimbang.
Bimbang untuk bertahan di kelas Medium MPV atau naik kelas. Pikiran saya mulai terpengaruh untuk ganti mobil 3 tahunan berikutnya naik kelas ke Medium SUV. Tapi belum apa apa sayapun dibuat resah, antara pilih Fortuner yang jika diambil dari tinjauan etimologi berarti Keberuntungan atau Pajero berasal dari nama seekor Kucing Gunung di daerah Amerika Latin. Dari beberapa pengalaman menggunakan Pajero milik perusahaan tempat saya bekerja, kelebihannya dibanding Innova Diesel kami adalah:
  1. Naik kelas dari Medium MPV ke Medium SUV.
  2. Ground clearance Lebih tinggi, sehingga lebih pede menerjang banjir
  3. Dapat jok kulit (synthetic leather) untuk type exceed dan dakar
  4. Jok belakang bisa dilipat rata lantai.
  5. Dapat sun roof untuk type Dakar.
Kekurangan dibanding Innova Diesel:
  1. Disain dashboard terlalu kaku dan konvensional
  2. Headroom lebih sempit
  3. Suspensi lebih keras
  4. Biaya penggantian ban lebih mahal
  5. Disain body sangat sederhana
Sementara jika dibandingkan dengan Fortuner, Innova V kami juga tidak jauh beda. Bahkan sebagian besar fitur Fortuner sudah dimiliki oleh Innova Type V.

Kelebihannya
  1. Naik kelas dari Medium MPV ke Medium SUV.
  2. Ground clearance lebih tinggi, sehingga lebih pede menerjang banjir
Kekurangannya
  1. Suspensi lebih keras
  2. Biaya penggantian ban lebih mahal
  3. Disain body sangat sederhana
Dari uraian di atas, Innova V Diesel memang tidak kalah jauh dibanding dengan Fortuner dan Pajero di tahun yang sama. Sebagai kepala keluarga yang demokratis dan sayang kekuarga, saya harus minta pendapat Istri dan anak kami Keynara. Berikut ini pendapat mereka tentang ganti mobil 3 tahunan berikutnya:

Istri : "Lebih nyaman Innova, nanti ganti mobil berikutnya tetep Innova Diesel Type V aja, tahun yang lebih muda warna putih"

Keynara : "Aku suka iyovaaa papap, mobil besal wana abu abu aja"

Itulah pendapat mereka, kami bertiga memang pengemar berat Innova, terutama yang diesel type tertinggi. Kenyamanannya sudah teruji, bahkan lebih nyaman dari mobil yang kelasnya lebih tinggi. Istri sudah sejak 7 tahun lalu (sejak kami masih pacaran) mendambakan Innova Diesel, waktu itu saya masih menggunakan APV Arena. Jadi wajar jika sampai dengan saat ini kepercayaan terhadap sebuah Innova masih belum tergantikan dengan mobil lain, meskipun di kelas yang lebih tinggi. Ketertarikan saya terhadap Innova dimulai sejak tahun 2007, saat itu kantor tempat saya bekerja membeli beberapa Innova baru yang digunakan untuk operasional Junior Manager. Saya sering menggunakan mobil itu dan mulai jatuh cinta. Namun waktu itu harganya masih terlalu mahal buat saya, karena mobil harian saya waktu itu hanya Taft GT 4x4 yang menurut saya sudah cukup gagah untuk dipakai seoang bujang. Saya memang pengemar sejati mobil bermesin diesel. Baru mendengar suara mesin saat dpertama kali dihidupkan saja rasanya sudah bangga. Suara mesinya memang berisik, tapi buat saya itu bukan suaar berisik. Menurut saya itu adalah suara mesin yang berwibawa dan membanggakan.

Ini adalah mobil saya saat usia 26 tahun. Menurut saya waktu itu kenyamanan nomor sekian, yang penting terlihat macho.

Bersama mobil hitam bersuspensi keras ini dulu pernah saya jalani hari hari indah. Tidak peduli teriknya matahari saat menerjang banjir lumpur di kawasan Porong Sidoarjo, dan derasnya hujan saat perjalanan luar kota di malam hari. Semua suka duka kehidupan pernah kami jalani, bahkan pernah merasakan pahitnya hidup karena terpaksa menabung demi beli velg Cobra dan ban MT ukuran 10.5x15x31 dari gaji karyawan yang masih pas pasan. Belum puas rasanya menikmai kegagahan mobil hitam ini di masa muda dulu, pada waktu ban masih baru barunya saya malah memutuskan untuk menjual mobil macho ini karena suatu kebutuhan mendesak. Seteah mobil ini terjual dengan damai, saya waktu itu masih tetap tida k bis lepas dari mobil diesel. Mobil saya berikutnya adalah Kijang Diesel produksi tahun 2000. Berusaha tampil lebih dewasa dan meninggalkan aura garang SUV macho pada jamanya beralih ke mobil keluarga yang lebih sopan dan bersuspensi lembut.


Pada generasi Kijang mesin dieselnya masih konvensional, suaranya keras mirip Truck Toyota Dyna.


Sejatinya mobil ini bersuspensi lembut, namun karena jiwa muda yang masih belum luntur mobil ini menjadi mobil yang kenyal kenyal sedap gara gara per pegas belakang yang dipress ulang. Menggunakan velg replica R18 dan ban Champiro profil tinggi 40 masih cukup nyaman dipakai harian. Tetapi harus ekstra hati hati saat menempuh perjalanan luar kota, karena jika mata kurang waspada dan terpaksa masuk lubang jalan yang mulai banyak bertebaran di rute Malang - Surabaya resikonya bisa mengancam keselamatan velg yang masih baru ini.

Velg Carlsson 16 dengan ban profil 60 sangat aman untuk harian dan jalan luar kota

Sebelum menggunakan Kijang Diesel, saya juga pernah beberapa tahun mencicipi dieselnya Panther Direct Injection 2.5. Suara mesinnya yang renyah sangat akrab dengan keseharian saya kala itu. Panther memang handling dan suspensinya tidak sebaik Kijang, tetapi mobil tosca ini sudah menempuh jarak ribuan kilometer dan mesinnya terbukti tangguh pada jamannya. Image mesin Panther yang tangguh dan hemat sangat melekat pada benak Om om pada jaman itu. Tapi hanya sedikit sekali anak muda yang menyukai mobil ini, saya adalah sebagian dari yang sedikit itu. Menurut saya mesin diesel yang katan orang "Rajanya Diesel" cukup ideal digunakan pada jamannya. Namun sekarang jaman berganti, "Rajanya Diesel" tetap dengan tahtanya, namun penguasa mesih diesel sekarang adalah Pajero dengan sebutan "Dewanya Diesel".


Mobil mobil itu sekarang sudah berpindah ke pemilik barunya. Semoga kalian dirawat dengan baik sama pemilik baru kalian, sebaik saya memperlakukan kalian saat kita masih bersama dulu. Tahun berlalu, jaman berganti, sebuah kebersamaan memang tidak ada yang kekal tetapi saya berharap kalian baik baik saja. Terima kasih sudah menemani hari hariku di masa lalu, susah senang telah kita lalui bersama sampai akhirnya masing masing dari kita menuju kedewasaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar